BDSM – Safety / Keamanan
Hal pertama yang membedakan antara BDSM dengan kekerasan adalah adanya prosedur keselamatan dan keamanan. Salah satunya adalah keselamatan fisik atau SAFETY. Harus dimengerti bahwa BDSM adalah aktivitas beresiko fisik sehingga semua pihak membuka mata dan jujur pada diri sendiri mengenai apa saja potensi keamanan yang ada untuk selanjutnya di cegah, ditangani, dan dikelola secara terbuka, objektif, & sehat. Apapun konstelasi BDSMnya, semua orang harus merasa aman. Kita juga harus selalu ingat bahwa rasa aman itu bersifat spektrum. Artinya level & implementasi rasa aman akan berubah seiring waktu & kondisi masing-masing. Harap dimengerti bahwa informasi yang saya sampaikan adalah hasil pembelajaran, pemikiran dan pengalaman saya pribadi sejak 2009 dan tidak otomatis berlaku sama untuk semua orang.
Seperti umumnya kegiatan yang memiliki resiko cedera seperti olahraga, bela diri, pekerjaan konstruksi, dan sebagainya, BDSM juga mewajibkan semua pihak yang terlibat untuk menjaga keselamatan dan keamanan fisik selama aktivitas berlangsung.
Aktivitas BDSM berfokus pada IMPACT atau dampak, fisik maupun mental dimana polarisasi yang berperan adalah pemberi impact dan penerima impact.
Selama adegan BDSM berlangsung, sub harus memberikan informasi mengenai kondisi nya kepada Dom sehingga Dom bisa merespond dengan baik. BDSM memberlakukan safeword atau kata kunci karena BDSM umumnya mencakup skenario dimana sub berpura-pura dalam keadaan bahaya atau dalam keadaan tidak berdaya sehingga ”tidak” tak selalu berarti ”berhenti”. Yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
- Blue/Biru : Ingin lebih (dalam hal intensitas maupun impact)
- Green/Hijau : Nyaman, tidak ada masalah untuk intensitas maupun impact ini
- Yellow/Kuning : Mulai tidak nyaman, diturunkan intensitas maupun impact nya
- Red/Merah : Berhenti saat itu juga, lepaskan sub dari posisi tidak nyaman dan cek keadaannya.
Sejalan dengan hubungan Dom dan sub, dalam jangka waktu panjang akan ada komunikasi non verbal yang akan berkembang. Walaupun demikian, saya berpendapat bahwa safeword atau kata kunci tetap diperlukan, terutama Red/Merah yang mengindikasikan keadaan bahaya. Safeword bisa juga dengan cara lain dimana sub tidak bisa berbicara. Namun demikian, semakin tidak berdaya nya sub, semakin tinggi resiko Dom lalai memonitor keadaan maupun melewatkan sinyal bahaya. Dom pun tidak perlu menunggu sinyal dari sub untuk menyelamatkannya. Jika ada indikasi sub tidak sadarkan diri/terlalu lama dalam keadaan beresiko, Dom harus mengambil alih dan menghentikan aktivitas.
Secara umum ada 3 kategori resiko yang perlu dikelola:
Physical (Fisik)
BDSM punya potensi dampak fisik seperti bekas tali, lebam, gurat, sampai dengan tusukan jarum. Perlu diingat bahwa semua dampak fisik tersebut perlu penanganan medis yang memadai, setiap saat. Kondisi medis bawaan? Cedera? Stamina? Kelenturan Badan? Semua faktor tersebut mempengaruhi resiko keselamatan fisik selama aktivitas, dan tentu saja harus dipikirkan baik-baik terutama oleh individu yang memiliki keterbatasan tersebut. Ada banyak informasi mengenai resiko serta penanganan nya dari literatur online, maupun offline. Pilih aktivitas yang paling minim dampak untuk sesi-sesi awal. Tingkatkan resiko hanya ketika kamu & pasanganmu paham betul dengan penanganan dampaknya.
Mental
Potensi dampak BDSM juga menyangkut Mental. Makanya ada bagian terpisah mengenai Sanity (Kewarasan) yang menjadi aturan utama yang akan dibahas secara khusus.
Bicarakan dengan detail mengenai latar belakang masing-masing sebelum memulai aktivitas BDSM. Tidak harus memberikan informasi pribadi, tetapi fokus ke informasi apakah pernah mengalami trauma, punya kondisi metal tertentu, potensi serangan cemas atau panik dan apa saja pemicu nya.
Hal lain yang penting adalah alasan melakukan aktivitas BDSM. JANGAN PERNAH MENCAMPUR TRAUMA DENGAN BDSM. BDSM bukan penyaluran kondisi mental yang tidak sehat. BDSM juga bukan terapi dan tidak berfungsi sebagai terapi mental. Aktivitas BDSM selalu terpisah dengan kondisi mental dikehidupan sehari-hari yang independent.
Selalu lakukan AfterCare (Rehabilitasi) setelah aktivitas. Tidak hanya untuk mengembalikan stabilitas mental sub, tetapi juga untuk mengelola kondisi mental Dom supaya tidak berlanjut di situasi non BDSM (kasar, galak, tidak bisa bekerjasama).
Selalu evaluasi kondisi mental sepanjang perjalanan BDSM, karena gangguan atau pemicu tidak selalu muncul langsung pada saat aktivitas. Pastikan BDSM bukan adiksi, dan selalu ada kontrol diri terhadap individu yang tidak ingin membicarakan atau melakukan BDSM. Jika ada masalah tentang kontrol diri dan keinginan menyakiti atau disakiti sudah tidak masuk akal atau tidak sehat secara mental, segera hubungi profesional untuk penanganan.
Social
Potensi dampak BDSM tidak hanya saat aktivitas saja, tetapi juga mengenai keamanan kehidupan sosial diluar adegan BDSM. Sayangnya secara global masih banyak penolakan dan kesalahpahaman mengenai BDSM walaupun BDSM sudah tidak dikategorikan sebagai kelainan seksual. Maka dari itu faktor sosial juga termasuk resiko aktivitas BDSM terutama mengenai keamanan identitas pribadi dimana banyak sekali celah pemerasan/pencemaran nama baik jika partisipasi BDSM diketahui publik.
Karena keamanan bersifat spektrum, maka aspek keamanan antara satu orang dengan lainnya akan berbeda. Contoh : Saya tidak punya masalah keamanan identitas diri dari kantor karena kantor saya sudah open-minded, sub yang bekerja sebagai PNS tentu tidak punya keamanan identitas yang sama. Begitu juga dengan Individu lainnya yang terlibat dalam aktivitas BDSM.