Dominant, Submissive, atau Keduanya?
Bagian besar dari BDSM adalah Dominant/submissive, yang mencakup tingkah laku, aturan bertindak, dan ritual dalam adegan atau hubungan dengan orang lain, baik seksual maupun non seksual. Dominant merujuk kepada orang yang memegang kendali, memberikan perintah, aktif menyetir nuansa dalam adegan BDSM, sedangkan submissive adalah orang yang melepaskan kendali, melakukan perintah, dan pasif mengikuti nuansa dalam adegan BDSM. Kedua kutub tersebut sengaja dipilih untuk menciptakan timpang kuasa yang memberikan alasan tiap pihak dalam melakukan peran ekstrim mereka selama adegan. Yang membedakan BDSM dengan timpang kuasa tidak sehat adalah adanya pengaturan dan takaran keselamatan fisik, mental, dan kesepakatan tanpa paksaan apapun.
Menurut pengalaman saya, tidak semua aktivitas BDSM merujuk ke Dominant/submissive secara spesifik. Namun nuansa ketidakberdayaan yang dieksplorasi dalam BDSM akan jadi lebih mudah dilakukan lewat pembagian peran tersebut. Setiap orang yang terlibat mengerti posisi dan konsekuensi yang mereka akan hadapi selama aktivitas berlangsung. Saya akan menjelaskan mengenai pengaturan keselamatan selama aktivitas BDSM di artikel yang berbeda.
Dominant/submissive, dibarengi konsep keselamatan dan kesepakatan, telah diketahui manusia paling tidak sejak penulisan Kamasutra. Dalam buku tersebut terdapat berbagai macam keahlian dan keterampilan yang dianggap berguna untuk menciptakan ketertarikan, dan mempertahankan atensi intim antara pihak yang terlibat. Keahlian atau keterampilan ini mencakup menjahit, instrumen musik, penggunaan aroma, dan termasuk menggigit, menepuk atau menampar, menjambak, dan sebagainya. Yang menarik adalah posisi submissive tidak hanya dilakukan wanita tetapi juga lelaki, dengan kemungkinan berganti peran di berbagai waktu yang berbeda.
Secara umum Dominant/submissive bukan posisi absolut, melainkan bergantung terhadap dinamika yang terjadi ketika ada timpang kuasa. Tidak kaku, Dominant/submissive adalah tarian komunikasi non-verbal dimana kedua polar fokus ke reaksi masing-masing. Fokus satu sama lain inilah yang menciptakan nuansa intim.
BDSM tidak boleh memberikan ruang untuk kekerasan maupun pelecehan.
Beberapa poin yang wajib dilakukan semua pihak selama aktivitas BDSM berlangsung adalah:
- Semua pihak memiliki hak asasi manusia secara penuh, aktivitas BDSM tidak lantas menghapus atau membatalkan hak asasi manusia. Setiap pihak berhak membatalkan aktivitas BDSM dengan alasan apapun, dan tidak boleh ada pemerasan atas aktivitas yang dilakukan sebelumnya.
- BDSM dilakukan dengan memastikan keselamatan fisik, kesehatan fisik maupun mental. Semua pihak berkewajiban untuk menginformasikan kondisi medis yang dimiliki baik fisik maupun mental, agar semua pihak yang terlibat bisa membantu memastikan aktivitas BDSM tidak memicu serangan medis, maupun menyebabkan kecelakaan.
- Persetujuan harus selalu adil dan sama rata antara semua pihak yang terlibat, Dom maupun sub. Sub lah yang berkewajiban in menyaring semua detail aktivitas BDSM karena prinsip legal/hukum Consent atau persetujuan adalah Volenti non fit injuria yang berarti seseorang yang secara sadar dan sukarela mengambil risiko bahaya tidak dapat menggugat atas cedera yang diakibatkan.
Posisi bersifat fluid: Dom, sub, Switch
Sebagian besar orang beranggapan bahwa seseorang hanya bisa dikategorikan antara Dom atau sub. Secara pribadi, saya merasa bahwa ini hanyalah jebakan dikotomi yang lumrah terjadi di tatanan sosial yang sangat kaku dan sangat disederhanakan. Saya merasa bahwa manusia, sebagai makhluk kompleks, memiliki spektrum minat yang bisa berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya. Walaupun demikian, sebagian besar orang punya kecenderungan Dom maupun sub, dan sebagian lainnya fleksible dalam mengambil posisi yang dinamakan Switch.
Yang saya temui, setiap orang punya Chemistry atau reaksi terhadap tiap individual yang mereka temui. Seseorang bisa submissive terhadap individu A, tetapi dominan terhadap individu B. Maka dari itu penting untuk dimengerti bahwa seorang submissive tidak lantas akan menurut kepada semua orang. Dom tidak otomatis bersedia menerima penghambaan seseorang. Setiap orang punya standar masing-masing mengenai orang yang berhak menerima waktu, energi, dan emosi mereka, baik sebagai Dom, sub, maupun Switch.
Sub memegang kendali
Berbeda dari asumsi yang umumnya ada, dalam BDSM Dom bukanlah pemegang kendali. Betul, Dom adalah yang memberikan perintah dan yang dipatuhi. Tetapi wewenang Dom dalam sebuah aktivitas BDSM hanya sebatas hal-hal yang disetujui sub. Dom/sub sebagai peran, hanya bisa berjalan optimal dalam ranah ekspresi yang aman, sehat, dan melalui persetujuan tanpa paksaan apapun.
Dom berperan untuk membantu mengekspresikan keinginan sub melalui aktivitas BDSM dan karena tanggung jawab besar ini sub harus menghormati Dom selama aktivitas BDSM. Dom berwenang penuh terhadap semua aktivitas BDSM setelah persetujuan dibuat.
Selama adegan BDSM berlangsung, sub harus memberikan informasi mengenai kondisi nya kepada Dom sehingga Dom bisa merespond dengan baik. BDSM memberlakukan safeword atau kata kunci karena BDSM umumnya mencakup skenario dimana sub berpura-pura dalam keadaan bahaya atau dalam keadaan tidak berdaya sehingga ”tidak” tak selalu berarti ”berhenti”. Yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
- Blue/Biru : Ingin lebih (dalam hal intensitas maupun impact)
- Green/Hijau : Nyaman, tidak ada masalah untuk intensitas maupun impact ini
- Yellow/Kuning : Mulai tidak nyaman, diturunkan intensitas maupun impact nya
- Red/Merah : Berhenti saat itu juga, lepaskan sub dari posisi tidak nyaman dan cek keadaannya.
Sejalan dengan hubungan Dom dan sub, dalam jangka waktu panjang akan ada komunikasi non verbal yang akan berkembang. Walaupun demikian, saya berpendapat bahwa safeword atau kata kunci tetap diperlukan, terutama Red/Merah yang mengindikasikan keadaan bahaya. Safeword bisa juga dengan cara lain dimana sub tidak bisa berbicara. Namun demikian, semakin tidak berdaya nya sub, semakin tinggi resiko Dom lalai memonitor keadaan maupun melewatkan sinyal bahaya. Dom pun tidak perlu menunggu sinyal dari sub untuk menyelamatkannya. Jika ada indikasi sub tidak sadarkan diri/terlalu lama dalam keadaan beresiko, Dom harus mengambil alih dan menghentikan aktivitas.