Memar, Perih, & Panas

Aplikasi rasa sakit dalam BDSM terbagi antara 2 yaitu fisik maupun mental. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai Nosisepsi yang dirasakan secara fisik melalui stimulus lewat kulit. Saya ingatkan kembali bahwa proses pemberian rasa sakit ini tetap mengacu kepada keselamatan fisik dengan mempertimbangkan kondisi penerima rasa sakit, alat yang digunakan, area pemberian rasa sakit, dan masa pemulihan.

Ada empat proses utama dari sistem otak yang terlibat dalam memproses informasi yang berhubungan dengan rasa sakit: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi mengacu pada proses dimana rangsangan yang merusak jaringan mengaktifkan ujung saraf. Transmisi mengacu pada fungsi relai dimana pesan dibawa dari lokasi jaringan yang cedera ke daerah otak yang mendasari persepsi. Modulasi adalah proses saraf yang baru ditemukan yang bertindak khusus untuk mengurangi aktivitas dalam sistem transmisi. Persepsi adalah kesadaran subjektif yang dihasilkan oleh sinyal sensorik yang melibatkan integrasi banyak pesan sensorik sebagai kesatuan yang koheren dan bermakna. Persepsi adalah fungsi kompleks dari beberapa proses, termasuk perhatian, ekspektasi, dan interpretasi[1].

Temuan inti yang membantu menjelaskan hubungan antara kenikmatan dan rasa sakit adalah ketika subjek dalam pemindai otak menerima suntikan ke dalam otot rahang yang menghasilkan nyeri yang berlarut-larut, terpiculah pelepasan dopamin di nukleus akumbens yang akan membesar pelepasannya ketika subjek merasa tidak nyaman dengan rasa sakit tersebut. Pada tikus, seseorang dapat mempelajari fenomena ini secara lebih rinci. Rekaman listrik dari neuron dopamin tunggal di area tegmental ventral mengungkapkan bahwa semua neuron ini merespons sajian tetesan gula yang enak, namun beberapa neuron ini merespons kejutan kaki singkat yang menyakitkan dengan penurunan tingkat aktivitas sementara yang lain menanggapi melalui peningkatan aktivitas. Dengan kata lain, bagian neuron pengguna dopamin yang menyebabkan peningkatan aktivitas ini adalah pendeteksi yang menonjol, yang melepaskan dopamin sebagai respons terhadap kesenangan atau rasa sakit. Diketahui pula, dari percobaan yang berbeda, bahwa rasa sakit fisik ataupun rasa sakit emosional (akibat penolakan sosial) yang berlarut-larut dapat menyebabkan pelepasan endorfin, molekul mirip morfin yang dimiliki otak kita sendiri dan bahwa endorfin ini dapat mengaktifkan neuron dopamin di area ventral tegmental. Alhasil ada komponen ganjaran positif bawaan terhadap pengalaman yang menyenangkan dan juga menyakitkan[2].

Apapun preferensi masokistiknya, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah lokasi stimulus diberikan. Aktivitas BDSM yang melibatkan rasa sakit punya resiko cedera yang cukup besar. Syaraf, sendi, organ tubuh, dan bagian-bagian tubuh tertentu sepenuhnya terlarang untuk dilukai. Tubuh manusia didesain sangat kompleks dan bisa mempertahankan diri dari cedera. Walaupun demikian, setiap orang mempunyai batas toleransi rasa sakit yang berbeda dan harus diperhatikan.

Variasi pertama adalah jenis rasa sakit yang dimasukan dalan aktivitas BDSM. Ada beberapa variasi rasa sakit dalam BDSM : Hantaman, Tusukan, dan Suhu (Panas atau Dingin).

Variasi kedua adalah intensitas. Stimulus yang dilakukan berulang-ulang akan merangsang sinyal yang terus menerus. Ketika otak menganggap bahwa tubuh masih dalam bahaya, maka dorongan untuk memperingatkan tubuh dalam bentuk rasa sakit. Mekanisme ini bisa dimanipulasi untuk mengatur reaksi tubuh terhadap stimulus, baik untuk mempermudah adaptasi sub akan rasa sakit yang diberikan, maupun memberikan kejutan agar fokus sub kembali kepada aktivitas yang sedang dijalani. Walaupun demikian, harus selalu diingat bahwa setiap orang punya preferensi dan toleransi rasa sakit yang berbeda-beda. Maka dari itu, terus mengamati dan merespon kode warna maupun kode gerak sub selama aktivitas berlangsung.

[1] Pain and Disability: Clinical, Behavioral, and Public Policy Perspectives. Institute of Medicine (US) Committee on Pain, Disability, and Chronic Illness Behavior; Osterweis M, Kleinman A, Mechanic D, editors. Washington (DC): National Academies Press (US); 1987.

[2] https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-compass-pleasure/201503/the-neurobiology-bdsm-sexual-practice, David J Linden Ph.D., Department of Neuroscience at the Johns Hopkins University School of Medicine.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Etika / Aturan BDSM

10/07/2023

Hadiah & Hukuman

10/07/2023