Harap dimengerti bahwa konten situs ini bersifat edukatif. Seluruh informasi yang ditampilkan disini adalah hasil pemikiran dan opini pribadi saya dan tidak mewakili kehidupan sosial saya pada umumnya. Saya tidak berafiliasi dengan kelompok apapun, dan tidak bertanggung jawab atas hal apapun diluar tulisan saya. Saya tidak memaksa anda untuk membaca, atau mengadvokasi konten situs ini kepada siapapun.
Konten saya diperuntukan kepada individual yang sudah dewasa secara hukum dan lantas sudah mengerti konsep interaksi sosial kompleks antar manusia, termasuk seksualitas. Informasi yang ditampilkan mengandung penggambaran spesifik mengenai aktivitas seksual alternatif.
Maka dari itu, jika anda merasa hal yang saya sebutkan diatas tidak sesuai dengan kaidah atau gaya hidup anda, maka tutup situs ini segera. Saya juga mengingatkan para orang-tua untuk tidak membiarkan anak membaca konten ini tanpa persetujuan dan pengawasan.
Please understand that the content of this site is educational in nature. All information displayed on this media is the result of my personal thoughts and opinions, and does not represent my social life in general. I am not affiliated with any group, nor responsible for anything implied outside of and/or resulted from my writing. I am not forcing you to read, nor advocating the content of this site to anyone.
My content is intended for individuals who are considered legally adults and henceforth understand the concept of complex social interactions between humans, including sexuality. The information I provide contains specific depictions of alternative sexual activities.
Therefore, if you feel that the aforementioned things do not suit your values or lifestyle, then close this site immediately. I also remind parents not to let their children read this content without approval and supervision.
Kenapa harus Etis?
BDSM sebagai ekspresi pribadi, tentu punya sejuta definisi yang berbeda. Konsep BDSM sebagai alternatif dari batasan sosial yang mengikat, tentu didesain dengan fleksibilitas maksimal.
Namun demikian, BDSM juga melalui proses seleksi yang panjang dan ketat, yang membedakannya dengan tindak kekerasan. Manusia, sebagai makhluk kompleks, selalu menghindari hal-hal yang mengancam rasa aman, nyaman, maupun harga diri, tetapi disaat yang sama juga merasa tertantang akan hal yang sama. Dualisme yang kontradiktif inilah yang membuat manusia lantas mendesain ruang latih fisik maupun mental sehingga mereka bisa mendobrak batasan tanpa membahayakan diri sendiri. Contoh yang paling populer adalah Bela Diri. Sebagai langkah aktif untuk menumbangkan orang lain, pukulan dan tendangan adalah aktivitas berbahaya yang mengancam nyawa. tetapi dengan prinsip yang fokus kepada perkembangan pribadi, bimbingan mental yang menjaga kewarasan, dan aturan keselamatan yang tegas dan jelas, maka aktivitas dekstruktif tersebut berubah menjadi olahraga yang meningkatkan kualitas fisik dan mental pelaksana nya. Pertandingan beladiri antar 2 atlit tidak ubahnya tarian yang harmonis, dengan keindahan yang berbeda namun memerlukan keahlian dan komitmen seni yang sama.
Secara pribadi, saya merasa BDSM punya potensi yang sama. Melatih fisik dan mental, yang dalam hal ini, fokus kepada diri sendiri. Apapun posisi yang diambil, fokusnya haruslah bagaimana diri ini dapat menjadi lebih baik setelah aktivitas selesai. Entah mengenai ketenangan jiwa, disiplin, kepuasan fisik, maupun pemahaman lebih dalam atas diri sendiri. Selayaknya keahlian beladiri, atau olahraga ekstrim lainnya, cedera yang dialami bukan datang dari ketakutan maupun teror, tetapi sebagai pengingat akan pencapaian diri yang telah diperoleh, terlepas apakah menang atau kalah.
Why must Ethical?
BDSM as a personal expression, most certainly, has a million different definitions. The concept of BDSM as an alternative to the binding social restrictions is obviously designed with maximum flexibility.
However, BDSM also goes through a long and strict vetting process, thus differentiates it from acts of violence. Humans, as complex creatures, always avoid things that threaten their sense of security, comfort or self-esteem, but at the same time they also feel challenged by those. This contradictory dualism is what makes people design physical and mental training spaces so they can break their safety boundaries without endangering themselves. The most popular example is Martial Art. As active steps to subvert another person, punching and kicking are dangerous activities that threaten life. but with the principles that focus on personal development, mental guidance that maintains player’s sanity, and strict and clear safety rules, this destructive activity turns into a sport that improves its practitioners physical and mental quality. A martial arts competition between two athletes look like a harmonious dance, with different aesthetic but requiring the same artistic skills and commitment.
Personally, I feel BDSM possess the same potential. Physical and mental training, which in this case, focuses on yourself. Whatever position you assume, the focus should be on how you can become better person after the activity is finished. Whether it’s about mental peace, discipline, physical satisfaction, or a deeper understanding of yourself. Like martial arts skills, or other extreme sports, injuries that you might experienced should not come from fear or terror, but as a reminder of the personal achievements that have been obtained, regardless of whether you win or lose.