BDSM – Pengecekan Pra Aktivitas

Sebelum bisa memulai aktivitas BDSM apapun, tentu harus dimulai dari pertemuan dengan kandidat pasangan, diskusi, lalu seleksi. Proses ini tidak hanya dilakukan oleh Dom, tetapi juga Switch dan sub. Bertolak belakang dengan kepercayaan awam, sub juga melakukan proses seleksi Dom dan bahkan lebih ketat daripada seleksi yang dilakukan Dom. Mitos kedua adalah bahwa seleksi pelaksana BDSM berpengalaman akan jauh lebih panjang dan kompleks daripada pelaksana BDSM yang baru memulai perjalanan mereka maupun belum pernah melaksanakan aktivitas BDSM sebelumnya. Yang saya alami adalah seleksi BDSM dengan pelaksana berpengalaman jauh lebih ringkas, tepat sasaran, dan efisien. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, dan penjelasan mengenai syarat dan ketentuan negosiasi cukup jelas. Hal ini memudahkan saya mengerti proses membangun rasa percaya dan projeksi aktivitas kami kedepannya, walau pada saat itu beberapa aspek masih belum jelas.

Secara sederhana, proses yang saya pakai dalam seleksi pasangan pelaksana aktivitas BDSM saya adalah sebagai berikut:

PERKENALAN

Tidak ada batasan untuk bertemu dengan orang baru, baik yang tertarik dengan BDSM maupun tidak. Dengan diskusi bersama lebih banyak orang, akan ada informasi baru yang diterima dan juga pengetahuan baru. Namun demikian, ketika ada ketertarikan terkait aktivitas BDSM, ada baiknya jika informasi preferensi dan negosiasi diberikan sebelumnya untuk membantu orang lain mengerti minat dan sudut pandang kita.

Akan sangat membantu jika ada kanal khusus untuk mencantumkan informasi ini di awal. Akun sosial media sangat efisien, disarankan untuk membuat akun alter agar informasi pribadi tetap aman. Tetapi saya pribadi akan menggunakan lembar preferensi dan negosiasi khusus untuk membuat proses penjelasan lebih ringkas namun tetap lengkap.

Dokumen digital ini bisa saya kirimkan ke kandidat yang saya anggap menarik, dan saya bisa meminta seseorang untuk mengisi lembar tersebut agar saya bisa mengerti:

  1. Lingkup minat aktivitas BDSM
  2. Pemahaman akan detail dan pengalaman terkait BDSM
  3. Batasan yang harus diikuti agar interaksi nyaman
  4. Apa yang bisa dilakukan untuk membangun rasa percaya.

Tentu seseorang tidak bisa langsung memberikan informasi yang lengkap. Kerap kali pelaksana BDSM bahkan yang berpengalaman perlu waktu dan bantuan untuk mengisi lembar tersebut. Hal ini bukan masalah, karena preferensi dan negosiasi adalah hal yang perlu direfleksikan kepada diri sendiri, dan dialog tersebut perlu fokus. Pun kondisi seseorang berbeda dari waktu ke waktu, yang membuat termin preferensi dan negosiasi perlu disesuaikan. Setelah perkenalan, biasanya seseorang akan bisa memutuskan apakah kandidat tersebut menarik atau tidak. Selain itu, kecocokan maupun ketidakcocokan bisa dipertimbangkan untuk selanjutnya memutuskan apakah akan melanjutkan percakapan atau tidak. Lagi-lagi dengan lembar preferensi dan negosiasi, perbandingan antara sudut pandang satu orang dengan orang lain lebih terfokus sehingga percakapan pun terasa lebih efisien.

DISKUSI

Diskusi adalah alat yang sangat berguna untuk klarifikasi mengenai minat dan batasan seseorang, kondisi personal, maupun proyeksi kedepannya. Biasanya proses diskusi menjadi panjang dan tidak konklusif karena gugup, bersemangat, maupun sekedar lupa dengan poin yang perlu disampaikan. Dengan membandingkan minat dan batasan masing-masing, maka diskusi tidak hanya jadi lebih efektif tetapi juga lebih mudah dikembangkan.

Dalam fase diskusi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Informasi personal tidak untuk dipaksa diungkap. Terutama mengenai batasan total dan penolakan seseorang untuk memberikan deskripsi yang lebih rinci. Hal ini cukup sensitif dan harus ditanyakan dengan hati-hati. BDSM sebagai aktivitas yang masih dinilai tabu, adalah faktor besar atas keputusan seseorang untuk merahasiakan kondisi mereka. Pun jika penjelasan tersebut memberikan petunjuk besar mengenai pekerjaan, pendidikan, atau kondisi hidup seseorang.
  2. Diskusi bukan untuk menyerang seseorang. Kemungkinan besar akan ada perbedaan minat dan perbedaan sudut pandang. Apakah itu terkait budaya, agama, disfungsi sosial, maupun trauma, percakapan tanpa prasangka, agresi, maupun antipati adalah yang terbaik untuk membantu orang lain membuka diri. Pun demikian, jika seseorang tetap memutuskan untuk tidak bersedia menjelaskan, mencoba, atau mengubah sudut pandang mereka, maka yang paling baik adalah hormati batasan tersebut. Kembalikan lagi kepada diri sendiri, apakah sanggup atau bersedia untuk melakukan aktivitas BDSM bersama individu dengan batasan tersebut mengingat bahwa semua resiko keselamatan dan keamanan nantinya akan menjadi tanggung jawab BERSAMA.
  3. Diskusi tidak harus berakhir dengan kesepakatan. Berbeda dengan persepsi umum, diskusi bukan berarti ada kepastian untuk melakukan aktivitas. Tahap ini adalah waktu dimana seluruh pihak yang terlibat bisa berbincang lebih lanjut mengenai detail yang perlu diperjelas untuk selanjutnya DIPERTIMBANGKAN apakah akan dilaksanakan atau tidak. Terlepas dari hasil akhirnya, tidak boleh ada perasaan benci atau kelas atas respond pihak lain selama diskusi berjalan. Setiap orang berkah untuk menghentikan diskusi kapanpun, dan dengan alasan apapun. Yang bisa dilakukan agar kesempatan selanjutnya lebih efisien adalah memperbaiki info preferensi dan negosiasi sehingga fungsi filter akan lebih efisien.

REVISI

Interaksi BDSM tidak pernah sama. Faktor yang mempengaruhi bukan hanya mengenai dengan siapa dilakukannya tetapi juga emosi, hubungan, suasana hati saat itu, bahkan apa yang terjadi dengan pekerjaan, pendidikan, keluarga, atau pertemanan di hari tersebut. Maka dari itu, revisi akan selalu ada diantara pertemuan. Revisi dalam hal ini tidak hanya mengenai perubahan besar dari kesepakatan tetapi juga detail kecil dalam aktivitas yang sama.

Dalam konteks tulisan ini, revisi merujuk ke penyesuaian yang perlu dilakukan atas aktivitas yang disepakati sebelumnya, atau percobaan yang dilakukan selama diskusi (misalnya intensitas stimulasi fisik, atau alat yang akan dipakai). Semua pihak yang terlibat berhak mengajukan revisi dengan pertimbangan pribadi maupun terkait pihak lain. Pertimbangan ini tidak hanya terkait keselamatan fisik maupun mental, tetapi juga persetujuan waktu dan tempat dikarenakan perubahan rencana hidup.

Dalam jangka panjang, revisi sangat berguna untuk membentuk referensi dan negosiasi BDSM yang lebih personal lewat penemuan yang didapatkan selama interaksi maupun masukan dari pihak lainnya.

Pada akhirnya semua orang punya proses pertimbangan yang berbeda. Instrumen penyaringan terbaik adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi personal setiap individu. Panduan maupun arahan hanyalah masukan yang bisa memberikan alur pertimbangan lebih baik tetapi tidak lantas langsung bisa diaplikasikan. Pun perjalanan dan pengalaman membantu menemukan proses pertimbangan terbaik. Tetap aman dan nyaman selama aktivitas adalah faktor utama yang harus diprioritaskan semua orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *